- Hacked by ./Mr.L3RB1-404 - Sorong6etar
- Bupati Ajak Semua Jadi Hamba Allah yang Pandai Bersyukur
- HUT TNI DAN HUT LOTENG KE-74 ,KOREM 162 DAN ASN LOMBOK TENGAH GELAR PEMBERSIHAN PANTAI KUTA
- Ahli Kejiwaan pribadi Sebut Marshanda sungguh Keterlaluan
- 7 Efek Buruk dari Konsumsi Obat Tidur
- 5 Buah Penangkal Racun dalam Tubuh
- Apple iWatch Bakal Dirilis Bulan Depan
- Pentax Q-S1 Kamera Mirorless Style Retro
- Microsoft Update Windows 8.2 Agustus?
- Bahaya Mendiagnosis Penyakit Lewat Internet
Bahaya Mendiagnosis Penyakit Lewat Internet
Berita Terkait
- Makanan Penyumbang KegemukaN0
- Apakah dia mengalami Depresi? Cek Bicaranya0
- Cokelat Hitam Turunkan Tekanan Darah0
- Orang Beriman Kondisi Fisik n Mentalnya Lebih Sehat0
- 4 Alasan Kenapa Memaafkan Penting Bagi Kesehatan0
Berita Populer
- Bos Amazon Temukan Mesin Apollo 11
- Bupati Ajak Semua Jadi Hamba Allah yang Pandai Bersyukur
- Bahaya Mendiagnosis Penyakit Lewat Internet
- Pentax Q-S1 Kamera Mirorless Style Retro
- 7 Efek Buruk dari Konsumsi Obat Tidur
- Hacked by ./Mr.L3RB1-404 - Sorong6etar
- "Expendables 2" Impian Jean Claude Van Damme
- 5 Buah Penangkal Racun dalam Tubuh
- Hukuman Ganda Korea Diperingan, Greysia/Meiliana Tunggu Nasib
- Apple iWatch Bakal Dirilis Bulan Depan

Apakah Anda mengunjungi "dokter Google" lebih sering dari dokter di klinik? Anda tidak sendiri. Dalam sebuah survei tahun lalu di Amerika diketahui bahwa 35 persen responden mencocokkan gejala penyakitnya di internet dan mendiagnosis dirinya sendiri.
Masih menurut survei yang dilakukan The Pew Research Center's Internet & American Life Project itu, sekitar 41 responden mengatakan diagnosis sendiri itu ternyata dikonfirmasi kebenarannya oleh dokter.
Tetapi, sekitar satu dari tiga responden mengaku tidak pernah pergi ke dokter untuk mencari opini kedua. Malahan, 18 persen responden mengatakan bahwa upaya mendiagnosis sendiri itu ternyata salah ketika ditanyakan ke dokter.
Meski survei yang melibatkan 3.000 responden itu sebenarnya dilakukan untuk mengetahui siapa yang mencari informasi kesehatan secara online, tetapi para profesional medis merasa khawatir dengan tren itu.
"Rata-rata tiap orang mengunjungi empat situs lalu memutuskan ia menderita kanker dan akan segera meninggal. Padahal, di internet banyak informasi yang keliru," kata Rahul K Khare, dokter unit gawat darurat dari Northwestern Memorial Hospital.
Menurut Khare, ia sering menemukan pasien yang hidupnya menjadi penuh kecemasan karena mereka merasa menderita penyakit berat setelah mencocokkan gejala yang dirasakannya dengan informasi di internet. (sumber: kompas.com)